MELAWAN INFLASI: SAATNYA PIKIRKAN PROTEKSI, BUKAN SEKADAR INVESTASI

oleh -153 Dilihat
oleh

Ab0c035c b7d9 4516 8a06 b7d8c73589cbMedan, SuaraPopuler.com — Inflasi bukan sekadar angka statistik di berita ekonomi. Ia adalah hantu tak kasat mata yang menggerogoti daya beli kita sedikit demi sedikit, pelan namun pasti. Bila hari ini kita memiliki uang Rp1 miliar, dengan asumsi inflasi 3% per tahun, nilainya akan menyusut secara riil menjadi sekitar Rp740 juta dalam 10 tahun. Pertanyaannya, apakah kita sudah siap menghadapi kenyataan ini?

Dalam dunia perencanaan keuangan, banyak nasabah kelas atas sibuk berinvestasi untuk menggandakan harta. Namun, seringkali mereka lupa satu hal paling mendasar: melindungi apa yang sudah dimiliki. Di sinilah peran asuransi menjadi sangat vital — bukan sebagai produk tambahan, tapi sebagai fondasi utama dari bangunan kekayaan.

Membaca Ulang Fungsi Uang dan Risiko

Uang memiliki tiga fungsi utama: sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai. Inflasi merusak fungsi ketiga ini. Maka, selain berinvestasi, kita harus memiliki strategi perlindungan kekayaan (wealth protection) agar risiko-risiko hidup — penyakit kritis, cacat tetap, hingga kematian — tidak menghancurkan yang telah kita bangun selama puluhan tahun.

Inilah mengapa pendekatan menghitung Uang Pertanggungan (UP) dalam asuransi jiwa menjadi penting. Baik melalui pendekatan human life value, income-based, maupun financial need-based, semua mengarah pada satu tujuan: menjaga standar hidup keluarga ketika pencari nafkah tidak lagi mampu memberikan penghasilan.

Contohnya sederhana. Dengan penghasilan Rp10 juta per bulan, maka UP ideal jika menggunakan rumus konservatif adalah: 10 juta x 300 = Rp3 miliar. Ini bukan angka mengada-ada, melainkan perhitungan realistis dengan asumsi return investasi sebesar 4% per tahun.

Belajar dari Mindset Orang Kaya

Sering kita mendengar, “Orang kaya itu jarang nabung.” Bukan karena mereka boros, tapi karena mereka sadar bahwa menabung saja tidak mampu mengalahkan inflasi. Alih-alih menyimpan uang, mereka memilih menginvestasikan dan melindungi kekayaan dengan asuransi. Bagi mereka, risiko bisa diterima selama bisa dihitung dan dialihkan.

Mereka sadar satu hal: sakit adalah risiko yang tidak bisa diatur, tapi bisa diantisipasi. Maka dari itu, orang-orang dengan mindset kekayaan tidak menunggu sakit datang untuk membeli asuransi. Mereka justru mengamankan proteksi lebih awal.

Krisis Kesehatan dan Warisan yang Terlupakan

Data menunjukkan bahwa penyakit kritis seperti kanker, jantung, dan stroke merupakan penyebab utama kebangkrutan keluarga di Indonesia. Biaya perawatan yang membengkak — sebut saja operasi skoliosis mencapai Rp500 juta — memperjelas pentingnya proteksi kesehatan dan penyakit kritis sejak dini, bahkan untuk anak-anak.

Lebih jauh lagi, asuransi juga menjadi instrumen warisan yang cepat, utuh, dan adil. Dibandingkan pembagian warisan melalui hukum tanpa wasiat yang memakan waktu bertahun-tahun, pencairan polis asuransi hanya butuh waktu sekitar 14 hari kerja. Solusi tepat, tanpa drama keluarga.

Saatnya Berubah: Lindungi Diri dan Keluarga

Sudah saatnya kita mengubah cara pandang tentang kekayaan. Memiliki aset banyak itu baik, tapi lebih penting memastikan aset itu tidak habis ketika risiko hidup datang. Tiga proteksi wajib yang perlu dimiliki setiap kepala keluarga adalah:

1. Asuransi Kesehatan

2. Asuransi Penyakit Kritis

3. Asuransi Jiwa

Proteksi bukan untuk hari ini, tapi untuk memastikan keluarga bisa melanjutkan hidup meski kita tak lagi ada. Karena kebaikan yang kita tanam hari ini, akan menjadi naungan mereka di masa depan.

Jangan sampai, kita yang telah bekerja keras bertahun-tahun harus kehilangan semuanya hanya karena satu kesalahan: tidak menyiapkan perlindungan.

Penulis : Miko Andrio, S.Hut.,CFP®️
Wealth Management Group

Bank Syariah Indonesia (BSI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.